Senin, 01 Desember 2014

Lord of Temptation by Paula Quinn

Chapter One


England, 1071

"Remember, Casey," Gianelle said while she twisted the heavy rope into one more knot. "an hour after Lord Bryce and his guests retire to their chambers, we will make our escape." She pullled on the knot as tightly as she couldand then doubled-checked the other end, tied to one of the four legs on her bed. She tugged, bracing her weight againts it. it would hold. She hoped.
"What if he wakes up and looks for us?" Casey watched Gianelle shove the long rope under the bed. She didn't like this idea at all. The thought of flinging herself out the window made her stomach ache. If only there was another way to escape. But Gia was right. They had to leave Devonshire. Their master was bad enough, but it was his brother who truly frightened them both. He rarely laid a finger on them, but it wasn't because he didin't want to. At least in that, their master protected them. But Edgar Dermott found ways to make their lives miserable, especially Gia's. His hooded eyes were ever on her. If she consumed more than her scant share of food allowed Devonshire's servants, he was there to accuse her. When anything went awry at the castle, he blamed her, taking immense in her punishment.

"He will not look for us," Gianelle assured her. "Casey, this is the best night to go. With all the guests here for his feast, even if he does wake up, he will not realize we are gone untull we are halfway to York."

Casey wishe she had the same confidence as her best friend. She wasn't certain which part of the plan frightened her more; scaling Devonshire's walls on rope, or actually making it to the ground, where the true dangers would begin.

"Do you have the coins?"
Casey nodded and lifted her skirt to show Gia the small pouch dangling above her knee.
"How much do we have?"
"Ten pence is as high as ia can count." Casey reminded her. "We have a little more than that." She twirled her long, chestnut braid in her fingers and chewed her lower lip. "What if the guards see us running away?"
Gianelle crossed the room and took Casey's shoulder in her hands. "You know they fall asleep every night. You must not worry so. Think of our lives after tonight. "The determined spark in Gianelle's eyes made them glimmer like polished amber. Her normally sallow cheeks dusted pink with excitement. "We shall be free. There will be no more masters to tells us how to think or how to behave. No more punishment if we raise our eyes to our betters. We shall be able to say what we want, eat when we are hungry, and bathe in clean lakes of in a basin behing the kitchen."

Terjemahan

England 1071

 Bab I

"Ingat, Casey," kata Gianelle sambil mengikatkan tali yang berat dengan satu simpulan sekali lagi. "satu jam setelah Lord Bryce dan para tamu kembali ke kamar mereka masing-masing, kita akan kabur." Gianelle simpul itu sekencang mungkin dan mengikatkan salah satu ujungnya di salah satu kaki ranjangnya. Gianelle menyentakkan tali itu, menguji kekuatannya dengan tubuhnya. Tali itu akan menahannya. Harapnya.

"Bagaimana jika dia bangun dan mencari kita?" Casey memperhatikan Gianelle mendorong tali panjang itu ke kolong ranjang. Casey sama sekali tidak menyukai ide itu. Pikiran dirinya akan bergelantungan di luar jendela membuat perutnya mulas. Jika saja ada jalan lain untuk kabur. Tapi Gia benar. Mereka harus meninggalkan Devonshire. Majikan mereka seorang yang berperangai cukup buruk, tapi saudara laki-lakinyalah yang benar-benar menakutkan mereka. Edgar Dermott menemukan banyak cara untuk membuat hidup mereka sengsara, khususnya hidup Gia. Matanya yang sinis sering memandangi Gia. Jika Gia memakan makanan lebih banyakdari jatah makanan yang sedikit bagi bagi para nelayan maka dia ada untuk menuduhnya. Ketika sesuatu berjalan tidak sebagaimana mestinya di kastil, Edgar Dermott akan menyalahkan Gia, bersenang-senangdalam menghukumnya.
"Dia tidak akan mencari kita," Gianelle meyakinkannya. "Casey, malam ini malam terbaik untuk pergi. Dengan semua tamu yang datang ke sini untuk berpesta, meskipun dia bangun, dia tidak akan sadar kita telah pergi sampai kita sudah setengah perjalanan ke York."
Casey berharap dia mempunyai kepercayaan diri yang sama seperti sahabatnya. Casey tidak yakin bagian manakah yang menakutkannya, bergelantungan pada tali di dinding Devonshire atau ketika telah menjejakkan kaki di tanah. Dimana bahaya yang sesungguhnya dimulai.
"Apa kau punya koin?"
Casey mengangguk dan mengangkat roknya untuk memperlihatkan kantong kecil yang digantungkan di atas lututnya pada Gia.
"Sepuluh peni sebanyak yang bisa kuhitung." Casey mengingatkan Gia. "Kita mempunyai sedikit lebih banyak dari itu." Casey memutar-mutar kepangan rambutnya yang panjang dan berwarna kastanye diantara jemarinya dan menggigit bibir bawahnya. "Bagaimana jika para penjaga melihat kita melarikan diri?"
Gianelle menyeberangi ruangan dan memegang bahu Casey. "Kau tahu mereka selalu tertidur setiap malam. Kau tidak perlu cemas. Pikirkan kehidupan kita setelah malam ini."
Percikan tertentu di mata Gianelle membuatnya berkilauan seperti batu amber yang dipoles. pipinya yang biasanya pucat kini bersemu merah jambu karena gembira. "Kita akan bebas. Tidak akan ada lagi majikan yang menyuruh kita bagaimana kita mesti berpikir atau berperilaku. Tidak akan ada lagi hukuman jika kita mengangkat mata kita untuk menjadi kita yang lebih baik. Kita akan mampu mengatakan yang kita inginkan, makan ketika kita merasa lapar, dan mandi di danau yang bersih alih-alih di bak belakang dapur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar